Aku terjatuh dan
tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam
dalam lautan luka dalam
Aku terjatuh dan
tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu
butiran debu
Itu bukan puisi
yaa. Itu lirik lagu. Lagu yang akhir-akhir ini sering banget saya dengar. Awalnya
denger pas nonton infotainment, lagu itu jadi lagu pas closingnya. Tapi
lama-lama jadi sering denger dari temen-temen. Lagu itu judulnya Butiran debu
by Rumor. nggak munafik saya juga sempet download sendiri dan masuk dalam
playlist saya, tapi nggak lama. Hehe
Saya kepikiran.
Kenapa sih ini orang mengumpamakan dirinya sebagai ‘butiran debu’?
Debu kan sesuatu
yang sangat nggak berguna, kotor, mengganggu dari segi keindahan atau
kesehatan. Coba di setiap sudut ruangan kalau keliatan ada debu sedikit aja,
pasti kita langsung bersihin kan? Semua orang nggak akan membiarkan
perabotannya berdebu. Itu pasti.
Debu itu sumber
penyakit, makanya kalo orang bersih-bersih biasanya pake masker untuk
menghindari debu. Jadi orang (pencipta lagu) ini pengen menyatakan kalau
dirinya sebagai debu dan dihindari banyak orang begitu?? Udah merasa hidupnya
terlalu ramai apa gimana sampe dia pengen jadi debu yang dihindari sama
orang-orang. Debu itu sumber penyakit.
Dari awal saya
dengerin lagu ini udah kasian. Melasss banget ini lagu. Galaunya udah stadium empat.
Keparat.
Coba deh ya kata
debu itu diganti pake emas atau berlian atau benda lain yang lebih penting dan
berguna. Hmm kalo pake berlian sih gak masuk ya, soalnya berlian kan tiga suku
kata (ber-li-an) jadi nadanya bisa berubah, pake emas dong kalo begitu,
sama-sama dua suku kata (e-mas). Kalo misalnya masih mikir lagi emas nggak
berbentuk butiran, tapi batangan. yah mikir aja lagi lebih dalem, emas yang mau
dibentuk buat kalung itu apa nggak dijadiin butiran-butiran dulu tuh!
Kalo make kata emas
sebagai wujud kegalauannya itu akan lebih ngasih nilai ke galauers itu sendiri.
Emas atau berlian loh mahal, eksklusif, kinclong, diinginkan dan disukai hampir
semua orang, tapi Cuma orang-orang tertentu yang bisa memilikinya.
Nah, menurut saya
untuk orang-orang penganut paham galauisme, jadilah umat galau yang
bermartabat, berkelas, dan elegan. Jati diri itu penting, begitu juga dengan
pencitraan.
Jangan mau Cuma
menjadi umat galau yang istilahnya galau akut atau kalau itungan nyawa gitu
udah koma. Cuma pengen orang tahu, biar orang kasian, terus iba, terus
diperhatiin, terus PDKT, terus lanjut dan ternyata nggak sampe jadian tapi Cuma
di-PHP-in (PHP: Pemberi Harapan Palsu), dan akhirnya galau lagi, lebih parah,
sekarat. Mampuss kan. Ujung-ujungnya stress, bunuh diri, dan jadi makhluk
terbodoh di dunia dan akhirat. Hina sekali hidupnya.
Jadilah umat galau
yang seperti emas atau berlian itu tadi. Terlihat menarik, tapi tidak
mengganggu, malah menyenangkan, berkilau atau ceria, dan orang akan memberikan
perhatian yang lebih, bukan karena kasihan, tapi karena kagum.
Walau dalam hati
kamu adalah debu, biarin aja, tahan debu itu di dalam, jangan dikeluarin,
karena itu kotor, sumber penyakit. Keluarin aja emas dan berlian yang berkilau
itu. Akting lah sedikit-sedikit. Jangan apa adanya terus tapi mengharap belas
kasihan orang. Selama kita bukan fakir miskin (dalam arti beneran ya, bukan
fakir asmara) kita nggak perlu minta orang untuk kasihan dan prihatin sama
kita.
Semoga tulisan saya
kali ini bisa membangkitkan hati-hati para umat galauers yang (sebenarnya)
mulia, untuk lebih menjadi umat yang hidupnya bermutu, tak melulu soal galau.
Helloooooooo, hidup
ini indah, masih sangat banyak sisi lain yang menunggu kita untuk menjamahnya..
~Mbuss





Tidak ada komentar:
Posting Komentar