Rabu, 16 Oktober 2013

seperti seharusnya

Aaah..
Seneng? Iya.
Lega? Dikit.
Puas? Belum.

Lah ini ngapain mbuss??

Jangan aneh-aneh.
Itu Cuma ungkapan diri soal keadaan saat ini.
Sebelum saat ini ada kemarin. Sebelum kemarin ada lusa. Sebelum lusa ada lampau. Lampau yang tak terhitung jumlah harinya.

Awal dari hari ini adalah masa lampau. Mari mulai dari masa lampau. What you get today depends on what you did in past. Ngaco bahasanya. Bodo.

Oke, sekarang saya adalah seorang Sarjana baru (baru seminggu) haha. Lulusnya udah 5 bulan yang lalu dari bulan April tapi baru kebagian wisuda 5 oktober ini. Terkesan sombong ya? Membanggakan diri sendiri gitu.. NOPE!! Sesungguhnya saya nggak bangga sama sekali dengan wisuda ini. Walaupun banyak ucapan selamat yang datang. Seneng sih. Tapi ya sebatas itu aja. Sama sekali nggak merasa bangga jadi seorang sarjana. Kenapa? Yah karena itu memang seperti seharusnya yang harus terjadi. Suatu kewajaran. Bukan lagi sesuatu yang ‘wah’ yang bisa di pamerkan ke saudara-saudara, tetangga, dengan “... hey aku lulus loh, sarjana nih..” pret! Hari gini kalo nggak sarjana mau jadi apa nantinya? Yang sarjana aja kleleran ga karuan banyak.

Kenapa saya bilang ini wajar seperti seharusnya. Ya emang kalo jadi mahasiswa trus lulus mah memang seharusnya begitu kan. Sama kaya waktu SD, SMP, dan SMA. Lulus,  ga perlu pake pesta pora perayaan. Karna itu bukan sesuatu yang agung, itu suatu keharusan.
Di syukuri boleh lah, sebagai bentuk terima kasih kepada yang ‘membantu’.

Bedanya lulus sekolah sama kuliah mungkin di waktu nya aja kali ya. SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun mutlak harus lulus. Kalo kuliah kan fleksibel. Tergantung manusianya. Bahagia nggak sama yang dijalanin. Makin bahagia, makin bisa menikmati, dan makin cepet selesainya. Makin stres, makin males, udah deh terserah mau sampe umur berapa betah ngampus.

Ngomong-ngomong soal kuliah, jujur sebenernya dulu saya nggak ngerti kenapa bisa memutuskan untuk milih jurusan ini. Seperti bukan diri saya. Seraga tak sejiwa. Cuma nurut aja apa kata orang tua terutama Papa. Nggak minat-minat banget. Tapi di bilangin kalo ini gampang, universal, nantinya akan gampang dapet kerja. Hmm baiklah. Sebelumnya tes sana sini pengen jurusan TI dan desgraf, gagal. Ngotot pengen kuliah di Surabaya, gagal. Kemudian Snmptn diterima di Malang berarti memang ya sama Tuhan di kasih begini. Ya sudah. Tes-tes saya yang gagal itu biaya kuliahnya lebih mahal dan memang susah. Ini ibarat pengen makan paket super panas McD, tapi di suguhin nasi sayur bayem lauk pindang, ya sudah sikat aja, makan. Asal dinikmatin dengan bahagia, sama-sama kenyang kok., malah lebih sehat, lebih murah. Nah loh..
 
muke-muke pasrah...

Saya selalu mendoktrin diri saya seperti itu. Apa yang di suguhkan, ambil. Enak ga enak, nikmatin. Dan nikmat itu akan selalu bertambah.

Dengan menikmati apa yang ada, hidup bahagia, langkah enteng, semua dipermudah. Syukurlah semua selesai sebelum genap 4 tahun. Sebenernya ini molor 4 bulan dari target awal, pengennya selesai 3,5 tahun. Tapi ya sudahlah. Belum sampai 4 tahun juga udah cukup.
sidang berlangsung penuh tawa dengan penguji dan beginilah sesudahnya :)

Dan sekarang 5 bulan setelah selesai tanggung jawab kuliah dan seminggu resmi menjadi sarjana saya sangat menikmati hidup saya, dunia saya, keluarga saya. Bener-bener tiap hari sama emak babeh, tidur bareng. Dan berdiskusi untuk kehidupan selanjutnya.
bye... :')

Ibarat perjalanan dari Nganjuk mau ke Jakarta, sekarang saya ada di Solo. Mau pilih lewat jalur selatan (jogja) atau pantura. Tujuannya sama ke satu Jakarta. Cuma beda ‘jalannya’.

So, whats the next steps??



-Mbuss

Sabtu, 15 Juni 2013

Removing some negative thing

Kalo saya dikasih satu keajaiban sama Tuhan, saya mau minta dikasih kemampuan untuk menghapus dan menghilangkan beberapa hal negatif di dunia ini. Misalnya : Suhu, Angka/nominal, dan Pikiran.

Suhu negatif.. Di ruangan ber-AC yang distel suhunya 20· aja usah cukup dingin. Di gunung yang suhunya sekitar 10· aja udah dingin banget.es batu yang beku 0· aja udah bisa bikin tangan kaku kalo di pegang lama-lama. Kenapa harus ada suhu -10 kalo 0 aja susah bisa bikin beku? Bukankah enakan yg anget-anget daripada yang dingin-dingin.. Eh opoo sih mbuss.. Hahaha, mie kuah noh enak anget.. :D

Angka/nominal yg bersifat negatif jelas nggak baik. Artinya ada kekurangan disana. Kalo pas tang ting tung ngitung-ngitung keuangan sebulan kemudian hasilnya minus beberapa rupiah. Ngenes gak tuh. Artinya uang yang kita punya masih kurangcukup untuk mencukupi kebutuhan. Teeus kalo minus gitu mesti nombok. Nombok dari mana? Utang lah. Kebayang orang-orang yang ber kartu kredit. Seolah-olah kebutuhannya tercukupi, tapi aselinya nombok tuh. Harta semu. Dan kalau hasil itungannya positif atau ada kelebihan kan enaak, labaa cyiiin, bisa di tabung biar cepet kaya dengan harta nyata nggak semu lagi. Haha
Tapii sesungguhnya angka/nominal perhitungan masih bisa diatur biar gak sampe angka negatif. Pinter-pinternya aja sih, kontrol keadaan.

Daaan yang paling penting harus dihapuskan adalaah....
Negative thinking!!

Pikiran negatif harus dihapuskan. Kenapa? Karena dalam agama pun sudah di tuliskan bahwa suudzon itu tidak baik dan tidak diperbolehkan.entah apa dalilnya.
Kalo bisa berpositif thingking terhadap sesuatu hal kenapa harus bernegatif? Coba yaa, ceritanya kita sedang melihat suatu obyek (bisa orang, benda, atau bahkan permasalahan).
Saat kita memikirkan obyek tersebut dari sisi positif, organ tubuh dan alam bawah sadar akan berjalan ke arah positif dan lebih baik. Membayangkan/memikirkan sesuatu yg baik bisa menyenangkan diri, bisa juga membuat kita senyum-sendirinkarna merasa bahagia. Tau kan kalau senyum/tawa itu baik untuk kesehatan, baik kesehatan organ dalam maupun kulit. Untuk lebih jelasnya silahkan browsing aja sendiri manfaat senyum bagi kesehatan.
Sebaliknya kalo kita melihat dan memikirkan obyek tersebut dari sisi negatif, jelas itu nggak baik untuk diri sendiri. Kesehatan fisik dan jiwa. Pikiran negatif membawa kita ke permasalahan yang lebih rumit, yang padahal permasalahan baru ini kita sendiri yang menciptakan.
Kenapa sih harus nambahin pikiran dengan masalah baru. Terlalu nganggur dan tak berguna kah? Dari fisik bisa dirasaka kalo berpikir negatif raut muka terlihat murung, mengkerut karena menggerutu, dan aah itu kan bikin cepet tua. Ibu-ibu 40taun keatas aja pada usaha make cream, suntik, vitamin, dan segala macam perawatan biar gak keliatan tua. Kenapa kita yang masih muda ini malah menciptakan ke-tua-an itu. Sayang kaan..
Berpikir negatif terhadap suatu obyek juga bisa menimbulkan kecemasan-kecemasan diri sendiri terhadap obyek itu. Kecemasan itu yang mengakibatkan kita jadi takut dan tidak akan pernah mencoba untuk melakukan sesuatu.

jadii mau seumur hidupnya diisi penyakit nggak berguna? (IQ yg udah bisa berdiri sih mesti ngerti). hahaha

~Mbuss